Rancakmedia.com – Tahukah kamu apa saja kebijakan bank Indonesia dalam stabilitas moneter? Dengan sejalan meningkatnya ketidakpastian global bank Indonesia mengumumkan jalur kebijakan moneter tahun depan dalam menjaga stabilitas keuangan pasar.
Sebaliknya, makroprudensial dan empat kebijakan lainnya ditujukan untuk mendorong pembangunan ekonomi. “Kebijakan makroprudensial longgar akan kami pertahankan pada 2022 terutama untuk mendorong kredit bank pada sektor-sektor prioritas,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Rapat Umum Tahunan BI, Rabu (24/11).
Perry mengindikasikan penurunan suku bunga kredit perbankan akan menjadi salah satu target bank sentral tahun depan. Dia menambahkan, suku bunga rendah akan dipertahankan kecuali ada indikator awal peningkatan inflasi. Menurut BI, inflasi tahun depan akan berada pada kisaran 2% hingga 4%.
Memahami Kebijakan Moneter Bank Indonesia
Kebijakan moneter adalah serangkaian tindakan yang mungkin diambil oleh bank sentral suatu negara untuk mengelola jumlah uang beredar. Untuk mempromosikan pembangunan ekonomi jangka panjang dan berbasis luas, bank sentral menggunakan kebijakan moneter.
Dalam istilah dasar, kebijakan moneter dapat didefinisikan sebagai mengelola jumlah uang yang dapat diakses dalam suatu perekonomian. Kebijakan moneter digunakan oleh bank sentral untuk menghentikan inflasi, menurunkan pengangguran, dan mendorong suku bunga jangka panjang yang adil.
Kebijakan moneter menciptakan likuiditas untuk menghasilkan pembangunan ekonomi. Dengan memiliki kebijakan moneter yang baik, bank sentral dapat menjaga harga tetap stabil, menciptakan kondisi untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan lapangan kerja sebanyak mungkin.
Berbagai Macam Kebijakan Moneter Bank Indonesia
Secara garis besar, ada dua bentuk kebijakan moneter: ekspansif dan kontraktif. Bank sentral menggunakan kebijakan moneter ekspansif untuk mengurangi pengangguran dan mencegah resesi. Penurunan inflasi dicapai dengan menerapkan kebijakan moneter kontraktif oleh bank sentral.
Kebijakan Moneter Ekspansif
Kebijakan moneter ekspansif adalah kebijakan untuk meningkatkan jumlah uang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk memerangi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat. Bank sentral akan meningkatkan likuiditas dengan menyediakan lebih banyak uang untuk dipinjamkan kepada bank.
Bank memangkas suku bunga, membuat pinjaman lebih murah. Bisnis meminjam lebih banyak untuk memperoleh peralatan, merekrut orang, dan mengembangkan bisnis mereka.
Individu meminjam lebih banyak untuk membeli lebih banyak rumah, mobil, dan peralatan. Tujuan dari kebijakan moneter ini adalah untuk meningkatkan permintaan dan menumbuhkan perekonomian dalam jangka panjang.
Kebijakan Moneter Kontraktif
Kebijakan menaikkan suku bunga untuk menghentikan ekspansi jumlah uang beredar dan menurunkan inflasi dikenal sebagai kebijakan moneter kontraktif. Bank sentral akan menurunkan jumlah uang beredar dengan membatasi jumlah uang yang dapat dipinjamkan oleh bank.
Bank menawarkan suku bunga yang lebih tinggi, membuat pinjaman menjadi lebih mahal. Pertumbuhan yang lebih lambat disebabkan oleh lebih sedikit perusahaan dan orang yang mengambil pinjaman.
Berikut Kebijakan Bank Indonesia Dalam Menjaga Stabilitas Moneter
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia secara khusus disebutkan bahwa tujuan utama fungsi Bank Indonesia (BI) adalah untuk mencapai dan memelihara stabilitas nilai rupiah, merumuskan kebijakan moneter, dan mengawasi sistem pembayaran.
Di bidang kebijakan moneter, tanggung jawab BI adalah menjaga nilai rupiah. Konsentrasi kebijakan moneter pada inflasi melalui alat suku bunga Namun, dengan sistem keuangan internasional yang semakin terbuka, penekanan BI sebagai bank sentral pada inflasi saja tidak lagi memadai. Mengapa demikian?
Karena nilai aset khususnya di pasar modal dan obligasi memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap harga, terutama nilai rupiah. Fenomena yang sering diamati adalah fundamental ekonomi yang sangat kokoh, terutama terlihat pada neraca pembayaran, namun nilai uangnya semakin menurun akibat penarikan dana dari pasar modal dan obligasi.
Tidak mudah bagi BI dalam menjalankan tugasnya sebagai bank sentral untuk menjaga stabilitas moneter, terutama dalam situasi perekonomian yang terbuka seperti sistem perekonomian Indonesia yang terhubung secara internasional.
Namun, BI biasanya memusatkan kebijakan moneternya pada penargetan inflasi melalui penggunaan alat suku bunga untuk mengelola inflasi. Dengan penetapan BI rate, bank sentral mengharapkan suku bunga jangka pendek mengikuti.
Namun, meski BI rate turun, bank umum kesulitan menurunkan suku bunga pinjaman. Jumlah uang yang beredar dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga. Artinya, jumlah uang dapat digunakan sebagai alat untuk mengontrol dan menjaga kestabilan perekonomian.
Depresiasi rupiah terhadap dolar AS dalam beberapa hari terakhir dipengaruhi secara eksternal oleh kebijakan moneter bank sentral AS. Namun, dari pasar modal, ada juga aktivitas investor yang mengalihkan asetnya keluar.
Uang finansial dapat mengalir ke suatu negara jika harga aset dan obligasi di negara lain lebih menggiurkan. Di sisi lain, ketika aset di Indonesia dianggap sangat diminati investor internasional, maka arus kas jangka pendek akan masuk ke Indonesia dan meningkatkan nilai rupiah.
Stabilitas sistem keuangan suatu negara sangat penting karena sistem ini mengatur aliran transmisi kebijakan moneter. Jika sistem keuangan tidak stabil, transmisi kebijakan moneter tidak dapat berjalan dengan baik.
Peran Bank Sentral Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan
OJK menyatakan bahwa lima tanggung jawab utama Bank Indonesia dalam memastikan stabilitas sistem keuangan melalui kebijakan dan pengembangan instrumen ekonomi adalah sebagai berikut:
Bank Indonesia Bertugas Menjaga Stabilitas Moneter
Bank Indonesia telah menjadikan instrumen suku bunga untuk operasi pasar terbuka sebagai salah satu cara untuk menjaga stabilitas uang dan keuangan.
BI Indonesia bertugas untuk memastikan bahwa kebijakan moneter memadai dan seimbang dalam kapasitas ini. Namun, ini memiliki pengaruh langsung pada berbagai elemen perekonomian Indonesia.
Bank Indonesia menggunakan metode yang disebut “inflation targeting framework” untuk menetapkan suatu kebijakan.
Kebijakan kerangka penargetan inflasi diarahkan untuk mencapai tujuan inflasi di masa depan dan diumumkan secara terbuka kepada publik.
Berperan Menciptakan Kinerja Lembaga Keuangan yang Sehat
Penting bagi lembaga keuangan yang sehat agar Bank Indonesia mengawasi prosedur pengawasan dan pengaturan keuangan, terutama di sistem perbankan.
Jika sektor perbankan gagal, itu dapat menyebabkan ketidakstabilan keuangan dan merugikan seluruh perekonomian negara. Karena itu, pekerjaan ini sangat penting.
Penting juga untuk menggunakan alat disiplin pasar seperti kekuatan regulasi, kebijakan, dan hukum.
Berwenang Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran
Karena pengawasannya terhadap sistem pembayaran, Bank Indonesia berada dalam sistem untuk melihat kemungkinan masalah sebelum muncul.
Bank Indonesia telah menerapkan sistem RTGS (Real Time Gross Settlement). Ini adalah sistem pembayaran real-time yang dimaksudkan untuk mengurangi risiko dalam sistem pembayaran lainnya.
Memantau Informasi-Informasi yang dinilai Mengancam Stabilitas Keuangan
Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap materi yang diyakini dapat membahayakan stabilitas keuangan.
Melalui pemantauan makroprudensial, Bank Indonesia dapat mewaspadai titik-titik lemah di sektor keuangan dan mencoba memprediksi kemungkinan guncangan yang dapat mempengaruhi stabilitas sistem keuangan.
Pengawasan makroprudensial dilakukan dengan mengkaji bank-bank di Indonesia, dimulai dengan keadaan sistem keuangan, identifikasi, analisis, dan penilaian risiko.
Berperan Sebagai Lender of The Last Resort (LoLR)
Bank Indonesia menjalankan fungsi Lender of Last Resort (LoLR) sebagai jaring pengaman sistem keuangan. Fungsi LoLR merupakan tipikal peran Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mengendalikan krisis. Tujuannya adalah untuk mencegah ketidakstabilan dalam sistem keuangan.
Baik dalam situasi normal maupun krisis, ia berfungsi sebagai sumber likuiditas darurat (LoLR). Keberhasilan kebijakan moneter bertumpu pada fondasi stabilitas keuangan. Akibatnya, jika terjadi volatilitas pada sistem keuangan, maka transmisi kebijakan moneter akan berdampak negatif.
Di sisi lain, ketidakstabilan moneter sangat mempengaruhi stabilitas sistem keuangan. Karena itu, menjadi tugas Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas sistem keuangan.
Kesimpulan
Kebijakan moneter adalah serangkaian tindakan yang mungkin diambil oleh bank sentral suatu negara untuk mengelola jumlah uang beredar. Kebijakan moneter digunakan oleh bank sentral untuk menghentikan inflasi, menurunkan pengangguran, dan mendorong suku bunga jangka panjang yang adil.
Menurut BI, inflasi tahun depan akan berada pada kisaran 2% hingga 4%. Penekanan Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral pada inflasi saja sudah tidak memadai lagi. Nilai aset, khususnya di pasar modal dan obligasi, memiliki dampak yang kuat terhadap harga, terutama nilai rupiah.
BI biasanya memusatkan kebijakan moneternya pada penargetan inflasi melalui penggunaan alat suku bunga. Stabilitas sistem keuangan suatu negara sangat penting karena sistem ini mengatur aliran transmisi kebijakan moneter.