Kejutan Olimpiade Tokyo 2020 Guatemala Kevin Cordon. Tunggal putra Guatemala, Kevin Cordon, kembali menarik perhatian di Olimpiade Tokyo 2020.
Tampil jadi kuda hitam, dia sukses menginjak semi-final. Kevin Cordon, jadi buah pembicaraan di Olimpiade Tokyo 2020 karena performa apiknya. Namun, Cordon harus berusaha keras semenjak kecil untuk berada di titik sekarang ini.
Perjuangan berat harus dilewati Cordon. Di awal profesinya, ia telah tinggalkan keluarga dan mengelana semenjak berumur 12 tahun untuk jadi pebulu tangkis.
Cordon tampil bagus dengan menyingkirikan pemain bulutangkis Korea Selatan, Heo Kwang Hee, pada Sabtu (31/7). Olahragawan berumur 34 tahun itu menang dua game 21-13, 21-18 di perempat-final.
Hasil ini jadi kejutan di bidang tunggal putra bulu tangkis karena Cordon bukan tiba dari pemain favorit. Bahkan juga asal negaranya, Guatemala, bukan salah satunya negara yang favorite dalam olahraga tepuk bulu.
Tetapi status itu juga yang membuat hampir tembus ke set terakhir multievent paling besar di dunia yang sejak mulai 23 Juli itu.
Cara tunggal putra Guatemala, Kevin Cordon, dalam pergelaran badminton Olimpiade Tokyo 2020 ialah realisasi dari visi liga badminton negaranya.
Liga Badminton Guatemala mengangkat visi khusus mempromokan latihan bulu tangkis sebagai fasilitas efisien untuk meningkatkan budaya fisik masyarakat yang mendalam dengan arah berperan pada kenaikan kualitas hidup warga.
Disamping itu, dalam soal yang lebih memiliki sifat prestasi, Liga Badminton Guatemala ingin tingkatkan tingkat bersaing olahragawan baik di pentas nasional atau internasional. Ke-2 visi itu terpajang terang di situs sah Liga Badminton Guatemala.
Visi yang digotong selanjutnya dibarengi oleh beberapa nilai rasa seperti hormat ke olahragawan lain, semangat olahraga, kesetaraan, kerja-sama, sampai sportivitas.
Pada pergelaran Olimpiade Tokyo 2020, visi dan nilai-nilai itu diwujudkan dalam perjuangan olahragawan tunggal putra mereka, Kevin Cordon.
Dalam kompetisi bidang tunggal putra, Kevin Cordon tampil memikat semenjak babak group sampai sukses tembus semi-final.
Pada perempat final, ia berjumpa olahragawan Korea Selatan, Heo Kwang-hee, yang di babak group sanggup memberikan kejutan dengan menaklukkan Kento Momota (Jepang) sebagai tunggal putra rangking satu dunia. Kesuksesan Heo Kwang-hee dalam menaklukkan Kento Momota tidak membuat Kevin Cordon gentar.
Kevin Cordon malah tampil optimis sampai sukses singkirkan Lee Kwang-hee melalui straight games atau dua game langsung. Sesudah menaklukkan Lee Kwang-hee, Kevin Cordon juga memiliki hak tampil di semi-final tunggal putra badminton Olimpiade Tokyo 2020.
Cordon akui telah ke Ibu Kota Guatemala, Guatemala City, untuk memburu mimpinya itu. Pebulu tangkis kelahiran Zacapa, kota yang memiliki jarak 112 km dari Ibu Kota Guatemala, pergi bermodal ngotot.
Untung, orangtua Cordon memberinya restu walau ayah dan ibunya tidak begitu memahami bulu tangkis. Karena, di Guatemala, bulu tangkis bukan olahraga yang terkenal dan janjikan untuk masa datang.
Tetapi, Cordon masih tetap jadikan bulu tangkis sebagai jalan hidupnya. Liga Bulu Tangkis Guatemala juga memberinya agunan training dan kehidupan yang pantas di ibukota.
“Orangtua saya tidak paham apapun mengenai bulu tangkis, tapi mereka berbicara, ‘Jika Anda ingin jadi pemain bulu tangkis dan merealisasikan mimpi, pergilah ke ibukota,” kata Cordon, mencuplik dari situs sah BWF, Minggu (1/8/2021).
“Saya pergi sendiri, sendirian. liga di Kota menjelaskan ada beberapa anak kecil dengan talenta besar, dan mereka mengalihkan kami ke ibukota dan berbicara, ‘Oke, kami akan memberikan Anda training, sekolah, makanan, fasilitas.’ Itu penyebabnya saya memilih untuk pergi,” lanjut pemain bulutangkis 34 tahun itu.
Waktu itu, Ibu Cordon cuman menginginkan anaknya jadi orang yang bagus. Cordon juga selalu ingat pesan ibunya yang larang ia dekati minuman keras dan obat terlarang.
“Tetapi ibuku mempunyai kata paling akhir. Ia berbicara, ‘Oke, pergilah tapi berhati-hati, tidak ada alkohol, tidak ada beberapa obat.’ Sesudah 20 tahun, keluarga saya lebih berbahagia dari saya,” papar Cordon.
Walau memutuskan untuk jadi pebulu tangkis, harapan pertama Cordon rupanya ialah jadi seorang pemain sepak bola. Ia di inspirasi dari si ayah yang disebut pemain sepak bola. Bahkan juga, nama depann Cordon diinsipirasi Kevin Keegan yang disebut pujaan ayahnya.
“Ayah saya dahulu bermain sepakbola, dan waktu itu salah satunya pemain terbaik di Piala Dunia ialah Kevin Keegan dari Inggris, sehingga ia berbicara ‘Jika saya punyai anak, namanya Kevin.’ Maka itu penyebabnya nama saya ialah nama bahasa Inggris,” terang Cordon.
“Saya ingin jadi pemain sepak bola, selanjutnya bulu tangkis tiba ke hidup saya. Mimpi saya (raih medali) di Beijing (2008) dan saat ini di Olimpiade ke-4 saya, itu tetap mimpi yang serupa, cuman saat ini saya lebih menikmatinya,” tandas pebulu tangkkis berumur 34 tahun itu.