Rancakmedia.com – Pada artikel ini kami akan menjelaskan tentang teknik pertunjukan musik tradisional. Pertunjukan adalah proses memamerkan karya seni untuk dinikmati masyarakat penikmat seni. Yuk simak artikel dibawah ini.
Musik tradisional yang dimaksud adalah bentuk musik etnik yang berkembang dan tumbuh subur di setiap daerah atau wilayah indonesia.
Dapat dikatakan bahwa pertunjukan musik tradisional di Indonesia cukup bervariasi, mulai dari musik suci untuk acara seremonial hingga konser dengan tujuan sekuler.
Kegiatan pertunjukan musik tradisional ini juga dapat berlangsung di lapangan, di arena atau di jalanan, dengan pertunjukan atau pagelaran oleh para seniman musik.
Biasanya, seni pertunjukan musik tradisional melibatkan kerja sama antara seniman dari profesi yang sama atau profesi lainnya, seperti seniman teater dan pemusik, seniman tari dan pemusik atau seniman film dan pemusik.
Pengertian Pertunjukan Musik Tradisional
Menurut KBBI, ada beberapa definisi musik, pertunjukan, tradisi dan tradisional, antara lain sebagai berikut:
Pertunjukan adalah sesuatu yang dapat dilihat. Musik adalah nada atau suara yang terorganisir yang menggabungkan irama, lagu dan harmoni (terutama yang menggunakan alat yang dapat menghasilkan bunyi).
Dalam hal ini, harus ditekankan bahwa peran seniman dalam hal ini adalah sebagai topik utama dalam proses penggubahan “dengan cara ini”.
Tradisi adalah kebiasaan yang diwariskan (dari nenek moyang) yang masih dipatuhi dalam masyarakat. Dalam pengertian ini, tradisi dapat dilihat sebagai proses yang berkelanjutan yang mencakup masa lalu, masa kini dan masa depan.
Tradisional berarti sesuai dengan tradisi (adat). Dengan demikian, pertunjukan musik tradisional adalah praktik pertunjukan seni suara nenek moyang oleh seniman kontemporer sesuai dengan pola dan prinsip dasar tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Contoh dan Gaya Pertunjukan Musik Tradisional
Pertunjukan musik tradisional memiliki banyak variasi, dan karena variasi tersebut, musik tradisional dapat dibagi menjadi dua bagian dalam konsepnya, yaitu:
- Musik dengan nuansa sakral
- Musik profan
Berikut penjelasan yang telah kami rangkum dari daftar yang kami sediakan di atas:
1. Musik Sakral
Musik sakral dalam seni pertunjukan, terutama yang melibatkan tarian, sering dianggap memiliki kekuatan magis yang diharapkan hadir. Namun, tidak jarang pula musik sakral hanya digunakan sebagai bentuk rasa syukur atas terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika beberapa alat musik tradisional pada beberapa etnis masih dianggap sebagai benda sakral yang patut dijaga kesuciannya.
Upaya ini dilakukan oleh para seniman adat untuk menjaga kualitas upacara supaya tetap suci dan transenden.
Jika suatu upacara dilakukan dengan sifat sakral, maka musik dan alat musik yang digunakan juga harus bersifat sakral dan tidak boleh dimainkan semaunya atau sekehendak hati pemainnya.
Dalam memainkannya, diperlukan banyak syarat, penentuan waktu, serta tempat yang tepat. Secara khusus, musik sakral lebih sering dimainkan saat di lingkungan masyarakat adat dan kang-kadang dipertunjukkan secara terbuka kepada masyarakat umum.
Terdapat beberapa contoh musik sakral untuk kepentingan ritual adat antara lain ialah gamelan gong pada upacara Odalan Bali, Tarawangsa pada saat upacara Ngalaksa di Sumedang, Gamelan Saketan pada upacara Saketan di Surakarta, Pasulingang atau suling lembang pada upacara duka Pa’marakka di Tanah Toraja, dan masih banyak lagi.
2. Musik Profan
Perkembangan zaman sangat memengaruhi perkembangan pertunjukan musik tradisional. Peralihan dari desa ke kota adalah salah satu bentuk perubahan teknologi yang pada akhirnya mengubah sistem pertunjukan dari sakral menjadi profan.
Ini menunjukkan bahwa musik tradisional tidak lagi hanya terkait dengan upacara keagamaan, yang berarti musik tradisional telah diolah dengan cara yang berbeda untuk kepentingan pertunjukan.
Beberapa jenis pertunjukan musik tradisional yang semula digunakan dalam ritual adat, kini dikemas dan ditampilkan di gedung pertunjukan dengan durasi waktu yang dibatasi.
Contoh dari musik profan adalah kolaborasi antara musik tradisional dan modern seperti halnya gamelan dengan orgen, seruling bambu dengan biola, dan sejenisnya.
Meskipun pertunjukan musik tradisional bersifat profan, masih ada hal-hal yang berkaitan dengan konsep penggarapan dan metode pertunjukannya.
Konsep penggarapan yang dimaksud adalah penggarapan mandiri dan kolaborasi, sedangkan bentuk pertunjukannya bisa berupa pertunjukan langsung atau virtual.
Musik profan juga dapat dibagi menjadi beberapa sub-bagian sesuai dengan jenis pertunjukan yang dilakukan oleh seniman, di antaranya adalah:
- Garapan mandiri
- Garapan kolaborasi
- Pertunjukan langsung
- Pertunjukan secara virtual
1. Garapan Mandiri
Garapan mandiri merujuk pada pertunjukan musik yang menampilkan karya seni musik yang berdiri sendiri dalam budaya musiknya sendiri, atau tanpa gabungan dengan bidang seni yang lain.
Bentuk pertunjukan ini memberikan kesempatan bagi penikmat untuk menikmati keunikan karya seni secara utuh dan keindahan suara serta kepiawaian para pemain dalam menyajikan musik akan memberikan pengalaman estetis bagi penikmatnya.
2. Garapan Kolaborasi
Para seniman musik tradisional juga secara kreatif terbuka untuk berkolaborasi dengan seniman musik lainnya, baik dari budaya yang berbeda maupun lintas bidang seni.
Hal ini dapat membuka ruang eksplorasi baru yang bermanfaat bagi perkembangan musik tradisional.
Namun, hal ini berbeda dengan seni pertunjukan Wayang yang tidak termasuk dalam garapan kolaborasi.
Wayang merupakan pertunjukan mandiri dan utuh yang mencakup berbagai unsur seni, seperti seni rupa, musik, tari, teater, dan sastra.
3. Pertunjukan Secara Langsung
Pertunjukan musik tradisional secara langsung dapat diselenggarakan di dalam dan di luar ruangan. Prinsip pertunjukan langsung memungkinkan terjadinya interaksi antara karya musik dengan pikiran dan perasaan penonton.
Tidak jarang, reaksi penonton seperti bertepuk tangan akan langsung dirasakan oleh para pemain musik saat pertunjukan dilakukan secara langsung.
Pengalaman pertunjukan langsung sangat baik bagi para pemain dan penonton musik sebagai bagian dari pengalaman estetis dan juga untuk meningkatkan kualitas para pemain.
Diharapkan bahwa pengalaman ini dapat membuat karya yang diciptakan semakin baik di masa yang akan datang.
4. Pertunjukan Virtual
Pertunjukan musik tradisional dalam bentuk virtual mulai muncul pada abad ke-21 dan mengalami peningkatan pada tahun 2020 akibat pandemi Covid-19 yang mewabah di seluruh dunia dan mengharuskan orang untuk tetap di rumah.
Dengan adanya teknologi internet, virtual menjadi solusi bagi para pemain musik untuk tetap berkomunikasi dan bermain musik meskipun tidak dapat bertemu langsung dengan penonton.
Pertunjukan virtual ini menjadi fenomena baru dalam seni pertunjukan dan perkembangan musik tradisional di dunia.
Kendati demikian, larangan berkumpul yang diberlakukan oleh pemerintah memaksa para seniman musik tradisional untuk tetap bermain musik dengan memanfaatkan teknologi virtual meskipun terpisah jarak.
Namun, pertunjukan musik secara virtual menghilangkan interaksi antara pemain dan penonton, yang dapat memengaruhi pengalaman estetis para penikmat musik.
Selain itu, hal teknis seperti masalah jaringan internet dapat mempengaruhi kualitas penampilan dan pengalaman penonton.
Kesimpulan
Pertunjukan musik tradisional adalah praktik pertunjukan seni suara nenek moyang oleh seniman kontemporer sesuai dengan pola dan prinsip dasar tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Demikian artikel tentang teknik pertunjukan musik tradisional, ini penjelasannya! Semoga informasi yang kami sediakan di atas dapat bermanfaat dan membantu untuk kamu semua.